Select Menu

Ads

Random Posts

Powered by Blogger.

Design

Technology

Circle Gallery

Shooting

Racing

News

Bottom



Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit karena melibatkan unsur bahasa dan nonbahasa yang harus dikuasai penulis.Nurgiyantoro (2009:296) mengemukakan bahwa dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.  Keterampilan menulis memang menjadi satu keterampilan berbahasa yang paling sulit untuk dikuasai. Hal itu disebabkan adanya dua unsur yang harus dikuasai oleh penulis, yaitu unsur bahasa dan nonbahasa. Unsur bahasa merupakan unsur yang berkaitan dengan aspek tata bahasa, seperti ejaan, struktur kalimat, kohesi dan koherensi, serta unsur kebahasaan yang lainnya. Sementara itu, unsur nonbahasa yang dijadikan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan meliputi unsur di luar aspek tata bahasa, seperti pengetahuan dan pengalaman penulis.


Keterampilan menulis yang dianggap lebih tinggi kesulitannya tersebut, baik jenis narasi, deskripsi, dan argumentasi, ternyata masih bertingkat lagi derajad kesulitannya. Dari semua jenis tulisan atau karangan tersebut, karangan argumentasi dinyatakan paling sulit. Suparno dan Yunus (2005:5.33) mengatakan, “… corak karangan ini (argumentasi; pen) termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain…” alasannya, “…kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita” (tersedia dalam http://repository.upi.edu). Selanjutnya, Alwasilah dan Alwasilah (2007:116) mengemukakan bahwa tulisan argumentasi mungkin jenis tulisan yang paling sulit dilakukan, karena ia melibatkan semua jenis tulisan lainnya. Inilah tulisan yang menghasilkan sebuah perbedaan atau membuat sesuatu selesai. Subjek yang dibicarakan merentang dari yang ringan-ringan sampai persoalan hidup—mati.

Menulis merupakan satu bentuk keterampilan berbahasa yang paling akhir setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Finnegan (2004:20) mengemukakan bahwa menulis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan berbicara. Untuk suatu hal, meskipun menulis biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan berbicara, tetapi menulis dapat dibaca lebih cepat. Selanjutnya, Tarigan (2008:3) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang mengacu pada pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang menulis. Semi (2007:14) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Selanjutnya, Heuken (2008:7) mengemukakan bahwa seseorang mengarang berarti seseorang tersebut mengungkapkan buah pikirannya kepada orang lain melalui tulisannya. Selain itu, menulis merupakan aktivitas fisik penulis yang bersumber dari alam pikirannya. Setiati (2008:19) mengemukakan bahwa sesungguhnya, bila seseorang menulis berarti orang tersebut sedang berbicara dengan hatinya sendiri. Menulis bukan hanya sekear menuangkan pikiran ke dalam tulisan, tetapi menulis merupakan komunikasi tidak langsung antara penulis dengan pembaca. Kartono (2009:17) mengatakan, menulis merupakan aktivitas kompleks, yaitu proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak.

Subadiyono (2010) mengemukakan bahwa hampir semua orang yang terpelajar berpandangan bahwa menulis itu sangat penting. Walaupun kegiatan menulis itu penting dalam kehidupan ini, masih banyak pemelajar yang enggan atau kurang berminat untuk menulis. Selanjutnya, Tarigan (2008:4) mengemukakan bahwa dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Selanjutnya, Sunardi (tersedia dalam http://www.scribd.com) mengemukakan bahwa keterampilan  menulis berkaitan erat dengan keterpelajaran seseorang. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk terampil menulis. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara serta merta. Seseorang yang ingin terampil menulis haruslah berusaha dan berlatih secara terus-menerus. Sejalan dengan itu, Tarigan (2008:3) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.